Minggu, 20 Desember 2015

MAKALAH AKAL DAN WAHYU

TUGAS TAUHID 
AKAL DAN WAHYU





Disusun Oleh
Irsalina Santi Khasanah (15650008)

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PRODI TEKNIK INFORMATIKA
TAHUN
 2015

BAB I
PENDAHULUAN
Akal dan wahyu digunakan oleh manusia untuk membahas ilmu pengetahuan. Akal digunakan manusia untuk bernalar. Sedangkan wahyu digunakan sebagai pedoman dan acuan dalam berpikir. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan salah satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Manusia membutuhkan ilmu pengetahuan karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT yaitu akal.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Hal yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal. Manusia diberi kemampuan oleh Allah untuk berpikir. Akal yang dimiliki manusia digunakan untuk memilih, mempertimbangkan, dan menentukan jalan pikirannya sendiri. Dengan menggunakan akal, manusia mampu memahami Alqur’an yang diturunkan sebagai wahyu oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan akal pula, manusia mampu menelaah sejarah Islam dari masa ke masa dari masa lampau. Akal juga digunakan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Tak dapat dipungkiri, bahwa akal mempunyai kedudukan dalam wilayah agama, yang penting dalam hal ini, menentukan dan menjelaskan batasan-batasan akal, sebab kita meyakini bahwa hampir semua kaum Muslim berupaya dan berusaha mengambil manfaat akal dalam pengajaran agama dan penjelasan keyakinan agama secara argumentatif.
Seperti yang kita ketahui, wahyu adalah petunjuk yang diturunkan oleh Tuhan kepada manusia untuk membimbingnya menuju kebenaran. Sedangkan akal adalah sesuatu yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia untuk digunakan berpikir menuju kebenaran. Karena keduanya berasal dari satu Tuhan yang sama untuk satu tujuan yang sama pula yaitu kebenaran, maka mustahil keduanya bertentangan. Sebab dua buah kebenaran tidak mungkin bertentangan.




BAB II
PEMBAHASAN
Akal dan Wahyu
A.     Akal
a.    Pengertian Akal
Kata akal berasal dari bahasa Arab al-‘aql yang berarti paham, mengerti, atau berfikir. Kata ini indentik dengan kata nous dalam bahasa yunani yang bearti daya pikir yang terdapat dalam jwa manusia. Pada zaman jahiliyah term akal digunakan dalam arti kecerdasan praktis, yang dalam istilah psikologis disebut kecakapan memecahkan masalah.1
Menurut Dr.Zaki Nazib Mahmud, akal adalah menghubungkan peristiwa dengan sebab akibat atau konklusinya. Hubungan sebab akibat, maksusnya, akal mengembalikan peristiwa yang nampak kepada sebab terjadinya peristiwa itu. Sedangkan dimaksud dengan hubungan konklusi ialah akal melihat masa depan dengan memusatkannya pada peristiwa-peristiwa yang serupa. Namun, jika indera melihat sesuatu yang sudah nyata dan diketahui, kemudian berhenti disitu, dalam hal ini tidak ada yang disebut akal.2
b.    Fungsi Akal
1)   Tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.
2)   Alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.
3)   Alat penemu solusi ketika permasalahan datang.
Dan masih banyak lagi fungsi akal, karena hakikat dari akal adalah sebagai mesin penggerak dalam tubuh yang mengatur dalam berbagai hal yang akan dilakukan setiap manusia yang akan meninjau baik, buruk dan akibatnya dari hal yang akan dikerjakan tersebut. Akal adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak didasarkan pada akal, iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat dan akallah yang menjadi sumber keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa.
c.    Kekuatan Akal
1)   Mengetahui Tuhan dan sifat-sifat-Nya.
2)   Mengetahui adanya kehidupan di akhirat.
3)    Mengetahui bahwa kebahagiaan jiwa di akhirat bergantung pada mengenal Tuhan dan berbuat baik, sedang kesengsaran tergantung pada tidak mengenal Tuhan dan pada perbuatan jahat.[1]

4)    Mengetahui wajibnya manusia mengenal Tuhan.
5)   Mengetahui kewajiban berbuat baik  dan kewajiban pula menjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiannya di akhirat.
6)   Membuat hukum-hukum yang membantu dalam melaksanakan kewajiban tersebut.
B.     Wahyu
a.   Pengertian Wahyu
Kata wahyu berasal dari kata arab الوحي, dan al-wahy adalah kata asli Arab dan bukan pinjaman dari bahasa asing, yang berarti suara, api, dan kecepatan.3 Dan ketika Al-Wahyu berbentuk masdar memiliki dua arti yaitu tersembunyi dan cepat. oleh sebab itu wahyu sering disebut sebuah pemberitahuan tersembunyi dan cepat kepada seseorang yang terpilih tanpa seorangpun yang mengetahuinya. Sedangkan ketika berbentuk maf’ul wahyu Allah terhada Nabi-NabiNYA ini sering disebut Kalam Allah yang diberikan kepada Nabi.4
Menurut Muhammad Abduh dalam Risalatut Tauhid berpendapat bahwa wahyu adalah pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinya sendiri disertai keyakinan bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik melalui pelantara maupun tanpa pelantara. Baik menjelma seperti suara yang masuk dalam telinga ataupun lainya.
b.   Fungsi wahyu
Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksut memberi informasi disini yaitu wahyu memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di akhirat.
Sebenarnya wahyu secara tidak langsung adalah senjata yang diberikan allah kepada nabi-nabiNYA untuk melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman orang-orang yang tak menyukai keberadaanya. Dan sebagai bukti bahwa beliau adalah utusan sang pencipta yaitu Allah SWT
c.    Kekuatan wahyu
Memang sulit saat ini membuktikan jika wahyu memiliki kekuatan, tetapi kita tidak mampu mengelak sejarah wahyu ada, oleh karna itu wahyu diyakini memiliki kekuatan karena beberapa faktor antara lain:
1)      Wahyu ada karena ijin dari Allah, atau wahyu ada karena pemberian Allah.
2)      Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.

3)      Membuat suatu keyakinan pada diri manusia.
4)      Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam ghaib.
5)      Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi.5
Akal dan wahyu menjadi pembahasan polemis dikalangan pateologi Islam. Pembahasan tentang akal menyangkut empat hal berikut ini :
1.    Dapatkah akal mengetahui Tuhan?
2.    Kalau dapat, apakah akal dapat mengetauhi kewajiban berterima kasih kepada Tuhan?
3.    Dapatkah akal mengetahui yang baik dan buruk?
4.    Kalau dapat, apakah akal dapat mengetahui kewajiban berbuat baik dan buruk itu?6
Kaum Mu’tazilah berpendapat, semua persoalan di atas dapat diketahui oleh akal manusia. Dengan perantara akal yang sehat dan cerdas seseorang dapat mencapai makrifat atau mengetahui adanya Tuhan dan dapat pula mengetahui yang baik dan buruk. Bahkan, sebelum wahyu turun, orang sudah harus wajib bersyukur kepada Tuhan, Menjauhi yang buruk dan mengerjakan yang baik.7


Berbeda dengan Muktazilah, kaum Asy’ariah bependapat, akal memang dapat mengetahui adanya Tuhan, tetapi akal tidak dapat mengetahui cara berterima kasih kepada Tuhan, tidak tahu mengerjakan yang baik dan yang buruk, tidak tahu bagaimana kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk itu. Untuk mengetahui hal-hal tersebut diperlukan wahyu. Melalui wahyulah manusia bisa mengetahuinya. Tanpa wahyu, Manusia tidak akan tahu.
Golongan Maturidaiah Samarkand berpendapat, akal dapat mengetahui adanya Tuhan, kewajiban mengetahui dan berterima kasih kepada Tuhan, dan mengetahui baik dan buruk. Tetapi akal tidak dapat mengetahui bagaimana kewajibanberbuat baik dan meninggalkan hal yang buruk. Untuk hal yang terakhir ini hanyandapat diketahui dengan wahyu. Karena itu, wahyu sangat diperlukan untulk menjelaskannya.
Golongan Maturidiah Bukhara lain lagi. Menurt mereka, akal dapat mengetahui adanya Tuhan dan yang baik dan yang buruk. Tetapi akal tidak dapat mengetahui kewajiban berterima kasih kepada Tuhan dan kewajiban berbuat baik dan menjauhi yang buruk.Untuk mengetahui kewajiban itu diperlukan wahyu.
Dari Uraian singkat diatas dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan pandangan tentang posisi dan kedudukan akal. Ada yang menempatkannya pada posisi yang tinggi dan kuat (muktazilah dan maturidiah Samarkand) ; ada yang memandangnya sengat lemah (Asy’ariah).9
Perbedaan Pandangan mereka tentang kedudukan akal otomatis membawa kepada perbedaan pandangan tentang kedudukan wahyu. Makin kuat kedudukan akal dalam pandangan suatu aliran, makn lemah kedudukan wahyu. Sebaliknya, makin lemah kedudukan akal beart wahyu menempati posisi yang kuat.
Golongan Mu’tazilah berpendapat, wahyu berfungsi untuk memperpendek jalan mengetahui keberadaan Tuhan dan untuk mengingatkan manusia akan kewajiban-kewajibannya. Semua masalah yang dikemukakan di atas, sudah dapat diketahui akal.

Karena itu, tanpa wahyu pun tidak mengapa. Namun, Mu’tazilah tetap memandang wahu sangat penting untuk menjelaskan rincian dari keempat masalah tersebut. Meskipun Mu’tazilah dikenal rasional dan mengadalkan akal sserta
menempatkannya pada posisi yang tinggi. Namun mereka mengakui pula kelemahan akal dan pentingnya wahyu. Akal, meskipun dapat mengetahui keempat persoalan diatas, namun rinciannya secara detail tidak dapat diketahui akal dengan pasti. Untuk itu, wahyu menjadi penting.
Menurut Asy’ariah, wahyu sangat penting dan menentukan. Manusia tidak  akan dapat mengetahui kewajiban kepada Tuhan, baik dan buruk, tanpa wahyu. Karena itu, bagi golongan ini, kedudukan wahyu sangat tinggi.
Maturidah Samarkand lebih dekat kepada Mu’tazilah. Bagi mereka kedudukan wahyu agak lemah. Wahyu diperlukan untuk mengetahui kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan manusia dalam melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan-perbuatan-perbuatan buruk. Sedangkan Maturidiah Bukhara memandang kedudukan wahyu lebih kuat daripada Maturidiah Samakand. Bagi mereka, wahyu sangat diperlukan untuk mengetahui kewajiban berterimakasih kepada Tuhan dan kewajibannya melaksanakan yang baik dan menjauhi yang buruk. Dengan kata lain, wahyu, diperlukan manusia untuk mengetahui kewajiban-kewajibannya.10








BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Akal adalah daya pikir untuk memahami sesuatu, yang di dalamnya terdapat kemungkinan bahwa pemahaman yang didapat oleh akal bisa salah juga bisa benar. Wahyu adalah firman Allah yang disampaikan kepada nabi-Nya baik untuk dirinya sendiri maupun untuk disampaikan kepada umat. Pengetahuan adalah hubungan subjek dan objek, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji secara ilmiah dan kebenarannya jelas. Akal dan wahyu digunakan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi umat manusia. Antara akal dan wahyu terdapat ruang dimana keduanya dapat bertemu dan bahkan saling berinteraksi dan terdapat ruang dimana keduanya harus berpisah. Pada saat wahyu merekomendasikan berkembangnya sains dan lestarinya budaya dengan memberikan ruang kebebasan untuk akal agar berpikir dengan dinamis, kreatif dan terbuka, disanalah terdapat ruang bertemu antara akal dan wahyu. Sehingga hubungan antara akal dan wahyu tidak bertentangan akan tetapi sangat berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, bahkan kedua-duanya saling menyempurnakan.



[1] Harun Nasution,  Akal dan Wahyu Dalam Islam, UI Pres,  Jakarta, 1986, hlm.6-8
2 Abdul  Salim Mukrim, Pemikiran Islam:Antara Akal dan Wahyu,
Sarana Perkasa, Jakarta, hlm.7-8
3Nasution, Harun, Akal dan Wahyu dalam Islam, UI Press, Jakarta, cetakan kedua, 1986.
4 Nasution, Harun Teologi Islam (Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan), UI Press, Jakarta,cet.V,1986

6Drs.H.M. Asmuni Yusron, Ilmu Tauhid, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm.154
7Harun Nasution, Teologi Islam, UI Press, Jakarta, hlm.81
96Drs.H.M. Asmuni Yusron, Ilmu Tauhid, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm.155

10al-Syahrastani, op. Cit, hlm. 42


0 komentar:

Posting Komentar

 

IESKHA Template by Ipietoon Cute Blog Design